Tuesday, January 1, 2008

The story about CSPO

Cambodian School of Prosthetics and Orthotics

CSPO berdiri tahun 1994 di bawah naungan Cambodia Trust, merupakan sekolah yang dirintis untuk mendidik tenaga Orthotist dan Prosthetist di kawasan Asia. Saat ini di CSPO terdapat 37 mahasiswa dari 13 negara. Tingkat 1 terdiri dari 12 mahasiswa, berasal dari Korea, Cambodia, Filipina, Timor Timur, dan Irak, tingkat 2 terdiri dari 11 mahasiswa yang berasal dari Nepal, Cambodia, Indonesia, Republik Kiribati, dan Papua New Guinea. Yang terakhir tingkat 3 susunannya tidak berbeda jauh dengan tingkat 1, 5 Korea, 1 Filipina, 2 Iraqis, 1 Jepang, 1 East Timor, dan 3 Kamboja. CSPO sendiri merupakan pusat Study Orthopaedic Technologies dengan staff yang multi rasional. Mulai dari Faridu Muhandini yang Orang Tanzania sampai Markku Ripatti yang dari Finlandia. Semua mahasiswa mendapat program beasiswa dari negara masing-masing disertai suplai dana dari para sponsor.

Tahun Pertama diisi dengan Course Prosthesis sebanyak 4 Module. Level amputasi mulai dari Partial Foot sampai Hip Disarticulation harus dikejar dalam kurun waktu satu tahun tersebut, bekerja dan belajar dengan puluhan pasien, eksperimen devices sampai diskusi-diskusi panjang menjelang ujian yang amat sangat melelahkan. Sistem DO yang diterapkan bikin semua mahasiswa teler. (bahasanya qo jadi kacau gini yah?) Dua kali gagal ujian berarti Drop Out, stop beasiswa dengan konsekuensi dipulangkan ke negara asal. Nilai mahasiswa diperoleh dengan nilai ujian tulis, Practical Outcome, Oral Exam, dan module Exam. Module Exam ini yang paling ngeri coz oral exam dengan 2 external examiners dan 2 Internal Examiners. Kalau dah mau masuk Module Exams semuanya jadi pada stress nggak karu2an. Kemana2 bawa buku sambil komat-kamit latihan presentasi. Lucu bgt deh, nggak kalah seru sama mbah dukun kalo lagi baca mantera. ^_^ Kelas pun jadi diperpanjang sampai jam setengah tujuh sore.

Tahun kedua Mulai Module Orthosis dari FO sampai HKAFO, Spinal Orthosis, Upper Limb Ortosis dan Upper Limb Prosthesis. Tingkat 3 Clinical Placement, Students move ke klinik untuk bekerja dengan pasien dan tim Rehabilitasi medis lainnya. Sistemnya acak dengan rata-rata 3 pasien setiap minggu. Dalam waktu 7 bulan, paling enggak harus selesai 26 Devices untuk delivery kepada pasien.

Clinical Placement emang agak rileks dibanding study Orthoses-Prostheses di tingkat 1 dan 2. Paling enggak mereka sudah ‘save’, nggak terbebani lagi dengan bayang2 Drop Out. Tapi Quality control tetap ada dengan laporan kasus plus oral exam dengan examiner pada tiap devices. Kalau devices bisa improve quality of life nya pasien, berarti bisa delivery. Tapi kalo enggak ya harus bikin lagi dari awal.

Belakangan para mahasiswa lumayan menghindari Primary patient, (pasien yang belum pernah mendapat teratment sebelumnya). Soalnya bekerja dengan pasien jenis ini harus ekstra keras coz harus ngelatih gait training plus assessment yang tentunya makan waktu jauh lebih lama daripada non-primary pasien (pasien yang pernah mendapatkan treatment sebelumnya). Tapi tentu aja jarang berhasil coz pasien dipilih secara random.

Intermezzo:

Dari keseluruhan mahasiswa, ada 7 muslim disini, kami 2 orang dari Indonesia, dan 5 orang Irak. Tahun lalu malah ada 9Muslim, tambahan dari kakak kami Bustaman Wahab dari Makassar, 2 orang Malaysia, dan seorang Muallaf dari Filipina. Mereka semua lulus September kemarin. Upgrade CSPO yang menjalin kerjasama dengan La Trobe University Australia, punya 2 mahasiswa muslim juga dari Pakistan.

Let's share our knowledges

As very little PO in Indonesia, I would like to invite you to join this Blog to improve our knowledges.

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
Powered By Blogger